Fungsi dan Peran Masjid
Masjid berarti tempat untuk bersujud. Secara terminologis diartikan sebagai tempat beribadah umat Islam, khususnya dalam menegakkan shalat. Masjid sering disebut Baitullah (rumah Allah)...baca selanjutnya
Aktualisasi Fungsi dan Peran Masjid
Secara umum pengelolaan Masjid kita masih memprihatinkan. Apa kiranya solusi yang bisa dicoba untuk ditawarkan dalam meng-aktualkan fungsi dan peran Masjid di era modern...baca selanjutnya
This is featured post 3 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
Sabtu, 15 Januari 2011
Sabtu, 08 Januari 2011
Bersegeralah Mendatangi Shalat Jumat
Ditampilkan oleh Admin pada pukul 06.14 WIB
Hari Jumat, merupakan salah satu hari raya bagi umat Islam, dan merupakan hari yang penting di mana di dalamnya terdapat satu bentuk ibadah yang hanya pada hari itu saja, yakni ibadah shalat Jumat.
Shalat Jumat diwajibkan bagi para muslim laki-laki, dan yang meninggalkannya tanpa alasan syar’i akan mendapatkan dosa besar dan akan diazab dengan azab yang pedih. Rasululloh Saw mengatakan tentang suatu kaum yang meninggalkan shalat Jum’at,
“Sungguh aku berkeinginan untuk memerintahakan seorang laki-laki shalat bersama dengan manusia kemudian aku membakar rumah-rumah mereka yang tidak melakukan shalat Jum’at.” (HR: Muslim, Ad Darimi dan Al Baihaqi).
Kaum muslimin sekalian, mari kita perhatikan petikan ayat-ayat Allah dalam surat al-Jumu'ah berikut, yang artinya:
Shalat Jumat diwajibkan bagi para muslim laki-laki, dan yang meninggalkannya tanpa alasan syar’i akan mendapatkan dosa besar dan akan diazab dengan azab yang pedih. Rasululloh Saw mengatakan tentang suatu kaum yang meninggalkan shalat Jum’at,
“Sungguh aku berkeinginan untuk memerintahakan seorang laki-laki shalat bersama dengan manusia kemudian aku membakar rumah-rumah mereka yang tidak melakukan shalat Jum’at.” (HR: Muslim, Ad Darimi dan Al Baihaqi).
Kaum muslimin sekalian, mari kita perhatikan petikan ayat-ayat Allah dalam surat al-Jumu'ah berikut, yang artinya:
Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. [9] Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.[10] Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhutbah). Katakanlah, “Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan,” dan Allah Sebaik-baik pemberi rezeki.[11] Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata, “Kami mengakui, bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah.” dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.[12] (Q.s. al-Jumu'ah: 9-12)
Kaum muslimin yang dirahmati Allah, sangat perlu bagi kita untuk mengetahui sebab turunnya ayat ini. Ketika itu Rasulullah Saw sedang berkhutbah pada hari Jumat, kemudian datanglah kafilah yang membawa barang dagangan dari Syam. Tak lama kemudian orang-orang yang sedang mendengarkan khutbah dari Rasulullah Saw seketika keluar untuk menjemput rombongan kafilah dagang itu, sehingga yang mendengarkan khutbah Rasulullah Saw hanya tinggal 12 orang. Dengan terjadinya peristiwa ini maka turunlah ayat ke-11 yang
menegaskan bahwa apa yang ada pada sisi Allah SWT. jauh lebih baik dari pada apa yang ada pada perniagaan. (Munajab Mahali, 2002: 816)
Jamaah sekalian, kenyataan hari ini adalah banyak dari kalangan muslim laki-laki yang meremehkan shalat Jum'at, sehingga mereka datang di saat khatib telah naik di mimbarnya, bahkan sudah shalat Jumat sudah ditegakkan. Mereka masih bersantai diri, menunda-nunda untuk datang ke masjid sebelum shalat Jumat. Mereka mengira perniagaan dunia yang dilakukakannya lebih menguntungkan bagi kehidupannya kelak. Mereka mendatangi masjid ketika khatib sudah menyampaikan khutbahnya, bahkan shalat Jumat sudah ditegakkan. Dan ketika shalat Jumat sudah berakhir, mereka menjadi orang yang awal-awal ingin segera keluar dari masjid.
Rasulullah Saw dengan tegas bersabda,
"Apabila hari Jumat, maka pada setiap pintu dari pintu-pintu masjid terdapat para malaikat yang mencatat orang yang masuk, secara berurutan. Lalu apabila imam sudah duduk di atas mimbar mereka pun menutup buku catatannya dan masuk (ke masjid) turut menyimak nasihat (khutbah). Perumpamaan (pahala) orang yang datang lebih awal adalah seperti (pahala) orang yang berkurban seekor unta, kemudian yang datang berikutnya seperti berkurban seekor sapi, dan yang datang berikutnya lagi seperti orang yang berkurban seekor domba, dan yang datang berikutnya seperti orang yang bersedekah seekor ayam, dan yang datang berikutnya seperti orang yang bersedekah sebutir telur." (H.r. Muslim dari Abu Hurairah)
Sungguh rugi orang-orang yang datang ketika khatib sudah naik ke mimbar. Sungguh rugi orang-orang yang datang terlambat ketika shalat Jumat sudah ditegakkan. Sungguh, dia tidak akan mendapatkan apa-apa! Tidak akan mendapatkan apa-apa!
(Disarikan dari Khutbah Jumat Ust. Muhammad Jazir ASP di Masjid Sokotunggal, 7 Januari 2011)
Kaum muslimin yang dirahmati Allah, sangat perlu bagi kita untuk mengetahui sebab turunnya ayat ini. Ketika itu Rasulullah Saw sedang berkhutbah pada hari Jumat, kemudian datanglah kafilah yang membawa barang dagangan dari Syam. Tak lama kemudian orang-orang yang sedang mendengarkan khutbah dari Rasulullah Saw seketika keluar untuk menjemput rombongan kafilah dagang itu, sehingga yang mendengarkan khutbah Rasulullah Saw hanya tinggal 12 orang. Dengan terjadinya peristiwa ini maka turunlah ayat ke-11 yang
menegaskan bahwa apa yang ada pada sisi Allah SWT. jauh lebih baik dari pada apa yang ada pada perniagaan. (Munajab Mahali, 2002: 816)
Jamaah sekalian, kenyataan hari ini adalah banyak dari kalangan muslim laki-laki yang meremehkan shalat Jum'at, sehingga mereka datang di saat khatib telah naik di mimbarnya, bahkan sudah shalat Jumat sudah ditegakkan. Mereka masih bersantai diri, menunda-nunda untuk datang ke masjid sebelum shalat Jumat. Mereka mengira perniagaan dunia yang dilakukakannya lebih menguntungkan bagi kehidupannya kelak. Mereka mendatangi masjid ketika khatib sudah menyampaikan khutbahnya, bahkan shalat Jumat sudah ditegakkan. Dan ketika shalat Jumat sudah berakhir, mereka menjadi orang yang awal-awal ingin segera keluar dari masjid.
Rasulullah Saw dengan tegas bersabda,
"Apabila hari Jumat, maka pada setiap pintu dari pintu-pintu masjid terdapat para malaikat yang mencatat orang yang masuk, secara berurutan. Lalu apabila imam sudah duduk di atas mimbar mereka pun menutup buku catatannya dan masuk (ke masjid) turut menyimak nasihat (khutbah). Perumpamaan (pahala) orang yang datang lebih awal adalah seperti (pahala) orang yang berkurban seekor unta, kemudian yang datang berikutnya seperti berkurban seekor sapi, dan yang datang berikutnya lagi seperti orang yang berkurban seekor domba, dan yang datang berikutnya seperti orang yang bersedekah seekor ayam, dan yang datang berikutnya seperti orang yang bersedekah sebutir telur." (H.r. Muslim dari Abu Hurairah)
Sungguh rugi orang-orang yang datang ketika khatib sudah naik ke mimbar. Sungguh rugi orang-orang yang datang terlambat ketika shalat Jumat sudah ditegakkan. Sungguh, dia tidak akan mendapatkan apa-apa! Tidak akan mendapatkan apa-apa!
(Disarikan dari Khutbah Jumat Ust. Muhammad Jazir ASP di Masjid Sokotunggal, 7 Januari 2011)
Senin, 03 Januari 2011
Jadwal Pemateri Kajian Rabu Pagi 1432 H/2011 M
Ditampilkan oleh Admin pada pukul 07.13 WIB
NO | TANGGAL | NAMA PEMATERI |
1 | 05-Jan-11 | Ust. Muhsin Haryanto, M.Ag. |
12-Jan-11 | Ust. Syaifudin Hadi | |
19-Jan-11 | Ust. Syaefudin Amin | |
26-Jan-11 | Ust. Drs. Aris Madani Duri | |
2 | 02-Feb-11 | Ust. Moch Muzani, S.Sos. |
09-Feb-11 | Ust. Muhsin Haryanto, M.Ag. | |
16-Feb-11 | Ust. Syaifudin Hadi | |
23-Feb-11 | Ust. Syaefudin Amin | |
3 | 02-Mar-11 | Ust. Drs. Aris Madani Duri |
09-Mar-11 | Ust. Moch Muzani, S.Sos. | |
16-Mar-11 | Ust. Muhsin Haryanto, M.Ag. | |
23-Mar-11 | Ust. Syaifudin Hadi | |
30-Mar-11 | Ust. Syaefudin Amin | |
4 | 06-Apr-11 | Ust. Drs. Aris Madani Duri |
13-Apr-11 | Ust. Moch Muzani, S.Sos. | |
20-Apr-11 | Ust. Muhsin Haryanto, M.Ag. | |
27-Apr-11 | Ust. Syaifudin Hadi | |
5 | 04-Mei-11 | Ust. Syaefudin Amin |
11-Mei-11 | Ust. Drs. Aris Madani Duri | |
18-Mei-11 | Ust. Moch Muzani, S.Sos. | |
25-Mei-11 | Ust. Muhsin Haryanto, M.Ag. | |
6 | 01-Jun-11 | Ust. Syaifudin Hadi |
08-Jun-11 | Ust. Syaefudin Amin | |
15-Jun-11 | Ust. Drs. Aris Madani Duri | |
22-Jun-11 | Ust. Moch Muzani, S.Sos. | |
29-Jun-11 | Ust. Muhsin Haryanto, M.Ag. | |
7 | 06-Jul-11 | Ust. Syaifudin Hadi |
13-Jul-11 | Ust. Syaefudin Amin | |
20-Jul-11 | Ust. Drs. Aris Madani Duri | |
27-Jul-11 | Ust. Moch Muzani, S.Sos. | |
8 | 03-Agust-11 | RAMADHAN 1432 H. Selama Bulan Ramadhan, kajian Rabu Pagi ditiadakan untuk sementara |
10-Agust-11 | ||
17-Agust-11 | ||
24-Agust-11 | ||
31-Agust-11 | ||
9 | 07-Sep-11 | Ust. Muhsin Haryanto, M.Ag. |
14-Sep-11 | Ust. Syaifudin Hadi | |
21-Sep-11 | Ust. Syaefudin Amin | |
28-Sep-11 | Ust. Drs. Aris Madani Duri | |
10 | 05-Okt-11 | Ust. Moch Muzani, S.Sos. |
12-Okt-11 | Ust. Muhsin Haryanto, M.Ag. | |
19-Okt-11 | Ust. Syaifudin Hadi | |
26-Okt-11 | Ust. Syaefudin Amin | |
11 | 02-Nov-11 | Ust. Drs. Aris Madani Duri |
09-Nov-11 | Ust. Moch Muzani, S.Sos. | |
16-Nov-11 | Ust. Muhsin Haryanto, M.Ag. | |
23-Nov-11 | Ust. Syaifudin Hadi | |
30-Nov-11 | Ust. Syaefudin Amin | |
12 | 07-Des-11 | Ust. Drs. Aris Madani Duri |
14-Des-11 | Ust. Moch Muzani, S.Sos. | |
21-Des-11 | Ust. Muhsin Haryanto, M.Ag. | |
28-Des-11 | Ust. Syaifudin Hadi |
NB: Kajian dimulai tepat setelah shalat Subuh berjamaah
Minggu, 02 Januari 2011
Jadwal Khotib Jumat 1432 H/2011 M
Ditampilkan oleh Admin pada pukul 15.32 WIB
NO | TANGGAL | NAMA KHATIB |
1 | 07-Jan-11 | Ust. M. Jazir ASP |
14-Jan-11 | Ust. Syaifudin Amin | |
21-Jan-11 | Ust. Moch Muzani, S.Sos. | |
28-Jan-11 | Ust. Darussalam | |
2 | 04-Feb-11 | Ust. Ahmad Khudori, Lc. |
11-Feb-11 | Ust. Suhartanto, S.Ag. | |
18-Feb-11 | Ust. Muhsin Haryanto, M.Ag. | |
25-Feb-11 | Ust. Taufiqurrahman, Lc. | |
3 | 04-Mar-11 | Ust. Ahmad Zaen |
11-Mar-11 | Ust. Setyadi Rahman | |
18-Mar-11 | Ust. Mujiman | |
25-Mar-11 | Ust. Drs. Aris Madani Duri | |
4 | 01-Apr-11 | Ust. Moch Muzani, S.Sos. |
08-Apr-11 | Ust. Darussalam | |
15-Apr-11 | Ust. Muhsin Haryanto, M.Ag. | |
22-Apr-11 | Ust. Ahmad Khudori, Lc. | |
29-Apr-11 | Ust. Umar Said | |
5 | 06-Mei-11 | Ust. Khamim Zarkasih P. |
13-Mei-11 | Ust. Fachriey Imanul Haq, Lc. | |
20-Mei-11 | Ust. Suhartanto, S.Ag. | |
27-Mei-11 | Ust. Irfan Nurudin, S.Th.I. | |
6 | 03-Jun-11 | Ust. Muhajir, Lc. |
10-Jun-11 | Ust. Ahmad Zaen | |
17-Jun-11 | Ust. Ahmad Khudori, Lc. | |
24-Jun-11 | Ust. Taufiqurrahman, Lc. | |
7 | 01-Jul-11 | Ust. Salim A. Fillah |
08-Jul-11 | Ust. Drs. Aris Madani Duri | |
15-Jul-11 | Ust. Syaifudin Amin | |
22-Jul-11 | Ust. Mujiman | |
29-Jul-11 | Ust. Setyadi Rahman | |
8 | 05-Agust-11 | Ust. Ahmad Zaen |
12-Agust-11 | Ust. Irfan Nurudin, S.Th.I. | |
19-Agust-11 | Ust. Suhartanto, S.Ag. | |
26-Agust-11 | Ust. Mujiman | |
9 | 02-Sep-11 | Takmir |
09-Sep-11 | Ust. Muhsin Haryanto, M.Ag. | |
16-Sep-11 | Ust. Muhajir, Lc. | |
23-Sep-11 | Ust. Taufiqurrahman, Lc. | |
30-Sep-11 | Ust. Darussalam | |
10 | 07-Okt-11 | Ust. Setyadi Rahman |
14-Okt-11 | Ust. Irfan Nurudin, S.Th.I. | |
21-Okt-11 | Ust. Drs. Aris Madani Duri | |
28-Okt-11 | Ust. M. Jazir ASP | |
11 | 4-Nov-2011 | Ust. Fachriey Imanul Haq, Lc. |
11-Nov-2011 | Ust. Muhsin Haryanto, M.Ag. | |
18-Nov-2011 | Ust. Salim A. Fillah | |
25-Nov-2011 | Ust. Mujiman | |
12 | 02-Des-11 | Ust. Suhartanto, S.Ag. |
09-Des-11 | Ust. Khamim Zarkasih P. | |
16-Des-11 | Ust. Moch Muzani, S.Sos. | |
23-Des-11 | Ust. Irfan Nurudin, S.Th.I. |
Sabtu, 01 Januari 2011
Sejarah Masjid Soko Tunggal
Ditampilkan oleh Admin pada pukul 20.39 WIB
Masjid Soko Tunggal ini terletak di kompleks Keraton Kesultanan Yogyakarta dan tepatnya didepan pintu masuk obyek wisata Taman Sari. Keistimewaan dari masjid ini terletak pada soko guru (tiang penyangga utama) nya yang hanya satu buah dan ditopang oleh batu penyangga yang biasa disebut Umpak, yang berasal dari zaman pemerintahan Sultan Agung Hanyokro Kusumo dari Kerajaan Mataram Islam dengan disain berbentuk Joglo Jawa. Keunikan mesjid ini karena hanya menggunakan satu pilar, biasanya bangunan berkonsep Joglo Jawa disangga oleh minimal empat soko guru. Keunikan lain, masjid ini dibangun tanpa menggunakan paku.
Prasasti Masjid "Soko Tunggal" Diresmikan pada hari Rabu Pon tanggal 28 Peruari 1973 oleh : Sri Sultan Hamengkubuwono IX Selesai di bangun pada hari Jum'at Pon Tgl. 21 Rajab Thn. Be sinengkalan "Hanembah Trus Gunaning Janmo" 1392 H atau 1 September sinengkalan "Nayono Resi Anggotro Gusti" 1972 M
Arsitek yang merancang masjid Sokotunggal adalah R. Ngabehi Mintobudoyo (almarhum), arsitek Keraton Yogyakarta yang terakhir. Desainnya berbentuk joglo, dengan satu menara dari besi dan satu tiang berukuran 50 cm x 50 cm.
Arsitektur bangunan masjid ini sarat dengan makna. Jika para jama'ah duduk di ruangan masjid, akan terlihat 4 buah Saka Bentung dan 1 buah Saka Guru. Semuanya berjumlah 5 buah. Merupakan lambang negara kita Pancasila. Sedangkan SOKOGURU merupakan lambang sila yang pertama, ialah : KETUHANAN YANG MAHA ESA. Usuk sorot (memusat seperti jari-jari payung), disebut juga peniung merupakan lambang Kewibawaan negara yang melindungi rakyatnya.
Kita juga akan menemukan beragam ukir-ukiran. Ukiran ini selain dimaksudkan untuk menambah keindahan dan kewibawaaan, juga mengandung makna dan maksud tertentu.
Ukiran Probo, berarti bumi, tanah, kewibawaan. Ukiran Saton, berarti menyendiri, sawiji. Sorot berarti sinar cahaya matahari. Tlacapan berarti panggah, tabah dan tangguh. Ceplok-ceplok berarti pemberantas angkara murka. Ukiran mirong berarti maejan. Bahwa semuanya kelak pasti dipanggil oleh Allah. Ukiran tetesan embun diantara daun dan bunga yang terdapat di balok uleng. Maksudnya, siapa yang salat di masjid ini semoga dapat anugerah Tuhan Allah.
Dari aspek konstruksi, bangunan masjid Sokotunggal ini juga sarat makna. Dalam konstruksi masjid itu ada bagian yang berbentuk bahu dayung. Ini melambangkan, orang-orang yang salat di masjid ini menjadi orang yang kuat menghadapi godaan iblis angkara murka yang datangnya dari empat penjuru dan lima pancer. Sunduk, artinya menjalar untuk mencapai tujuan. Santen, artinya bersih suci (kejujuran). Uleng, artinya wibawa. Singup, artinya keramat, Bandoga, artinya hiasan pepohonan, tempat harta karun. Dan tawonan, yang berarti gana, manis, penuh.
Rangka-rangka masjid yang dibentuk sedemikian rupa juga memiliki makna. Soko brunjung melambangkan upaya mencapai keluhuran wibawa melalui lambang tawonan. Dudur adalah lambang ke arah cita-cita kesempurnaan hidup melalui lambang gonjo. Sirah godo, melambangkan kesempurnaan senjata yang ampuh, sempurna baik jasmani dan rokhani. Dan mustoko yang melambangkan keluhuran dan kewibawaan.
Prasasti Masjid "Soko Tunggal" Diresmikan pada hari Rabu Pon tanggal 28 Peruari 1973 oleh : Sri Sultan Hamengkubuwono IX Selesai di bangun pada hari Jum'at Pon Tgl. 21 Rajab Thn. Be sinengkalan "Hanembah Trus Gunaning Janmo" 1392 H atau 1 September sinengkalan "Nayono Resi Anggotro Gusti" 1972 M
Arsitek yang merancang masjid Sokotunggal adalah R. Ngabehi Mintobudoyo (almarhum), arsitek Keraton Yogyakarta yang terakhir. Desainnya berbentuk joglo, dengan satu menara dari besi dan satu tiang berukuran 50 cm x 50 cm.
Arsitektur bangunan masjid ini sarat dengan makna. Jika para jama'ah duduk di ruangan masjid, akan terlihat 4 buah Saka Bentung dan 1 buah Saka Guru. Semuanya berjumlah 5 buah. Merupakan lambang negara kita Pancasila. Sedangkan SOKOGURU merupakan lambang sila yang pertama, ialah : KETUHANAN YANG MAHA ESA. Usuk sorot (memusat seperti jari-jari payung), disebut juga peniung merupakan lambang Kewibawaan negara yang melindungi rakyatnya.
Kita juga akan menemukan beragam ukir-ukiran. Ukiran ini selain dimaksudkan untuk menambah keindahan dan kewibawaaan, juga mengandung makna dan maksud tertentu.
Ukiran Probo, berarti bumi, tanah, kewibawaan. Ukiran Saton, berarti menyendiri, sawiji. Sorot berarti sinar cahaya matahari. Tlacapan berarti panggah, tabah dan tangguh. Ceplok-ceplok berarti pemberantas angkara murka. Ukiran mirong berarti maejan. Bahwa semuanya kelak pasti dipanggil oleh Allah. Ukiran tetesan embun diantara daun dan bunga yang terdapat di balok uleng. Maksudnya, siapa yang salat di masjid ini semoga dapat anugerah Tuhan Allah.
Dari aspek konstruksi, bangunan masjid Sokotunggal ini juga sarat makna. Dalam konstruksi masjid itu ada bagian yang berbentuk bahu dayung. Ini melambangkan, orang-orang yang salat di masjid ini menjadi orang yang kuat menghadapi godaan iblis angkara murka yang datangnya dari empat penjuru dan lima pancer. Sunduk, artinya menjalar untuk mencapai tujuan. Santen, artinya bersih suci (kejujuran). Uleng, artinya wibawa. Singup, artinya keramat, Bandoga, artinya hiasan pepohonan, tempat harta karun. Dan tawonan, yang berarti gana, manis, penuh.
Rangka-rangka masjid yang dibentuk sedemikian rupa juga memiliki makna. Soko brunjung melambangkan upaya mencapai keluhuran wibawa melalui lambang tawonan. Dudur adalah lambang ke arah cita-cita kesempurnaan hidup melalui lambang gonjo. Sirah godo, melambangkan kesempurnaan senjata yang ampuh, sempurna baik jasmani dan rokhani. Dan mustoko yang melambangkan keluhuran dan kewibawaan.
Aktualisasi Fungsi dan Peran Masjid
Ditampilkan oleh Admin pada pukul 18.20 WIB
Secara umum pengelolaan Masjid kita masih memprihatinkan. Apa kiranya solusi yang bisa dicoba untuk ditawarkan dalam meng-aktualkan fungsi dan peran Masjid di era modern. Hal ini selayaknya perlu kita pikirkan bersama agar Masjid dapat menjadi sentra aktivitas kehidupan umat kembali sebagaimana telah ditauladankan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama para sahabatnya.
Kita perlu melakukan pemberdayaan Masjid dahulu sebelum mengoptimalkan fungsi dan perannya. Dalam pemberdayaan ini kita bisa menggunakan metode Continuous Consolidation and Improvement for Mosque (CCIM) atau Penguatan dan Perbaikan Berkelanjutan untuk Masjid .
CCIM adalah metode pemberdayaan Masjid dengan menata kembali organisasi Ta’mir Masjid melalui pemanfaatan segenap potensi yang dimiliki diikuti dengan perbaikan yang dilakukan secara terus menerus. Dalam metode ini kita dapat memanfaatkan metode-metode yang sudah dikenal dalam dunia management maupun mutu, seperti misalnya: Siklus PDCA, QC Tools, SAMIE, MMT, ISO 9000, Lima-R dan lain sebagainya.
Penguatan atau dalam istilah umum organisasi disebut konsolidasi (concolidation), adalah merupakan upaya menata sumber daya yang ada secara sistimatis dan terarah. Yang perlu dilakukan adalah meliputi:
a. Konsolidasi pemahaman Islam.
b. Konsolidasi lembaga organisasi.
c. Konsolidasi program.
d. Konsolidasi jama’ah.
Perbaikan (improvement) diperlukan untuk meningkatkan kinerja dalam memberikan pelayanan kepada jama’ah. Beberapa cara yang cukup efektif dalam upaya perbaikan dapat diseleksi dan disesuaikan dengan kebutuhan, agar upaya perbaikan dapat dilaksanakan secara berkelanjutan (continuous improvement).
Sambil melakukan konsolidasi dan perbaikan, aktivitas memakmurkan Masjid dan jama’ahnya dilaksanakan sesuai dengan fungsi dan peran yang telah disebutkan di depan. Aktivitas disusun dengan melakukan perencanaan Program Kerja secara periodik dan diterjemahkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Pengelolaan (RKAP) setiap tahunnya.
Rencana yang telah ditetapkan selanjutnya ditindak lanjuti dengan melakukan koordinasi segenap sumber daya yang dimiliki dan dilaksanakan secara profesional. Aktivitas yang diselenggarakan dilaporkan, dievaluasi, distandardisasi dan dikaji untuk ditingkatkan kualitas maupun kuantitasnya.
Pada masa sekarang Masjid semakin perlu untuk difungsikan, diperluas jangkauan aktivitas dan pelayanannya serta ditangani dengan organisasi dan management yang baik. Tegasnya, perlu tindakan meng-aktualkan fungsi dan peran Masjid dengan memberi warna dan nafas modern. Lokakarya idarah Masjid yang diselenggarakan di Jakarta oleh KODI DKI pada tanggal 9-10 November 1974 telah merumuskan pengertian istilah Masjid sebagai berikut: "Masjid ialah tempat untuk beribadah kepada Allah semata dan sebagai pusat kebudayaan Islam".
Pemahaman tersebut menunjukkan bahwa Masjid harus bebas dari aktivitas syirik dan harus dibersihkan dari semua kegiatan-kegiatan yang cenderung kepada kemusyrikan. Disamping itu kegiatan-kegiatan sosial yang dijiwai dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam dapat diselenggarakan di dalamnya.
Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah. [Q.s. al-Jin:18].
Hanyalah yang memakmurkan mesjid-mesjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. [Q.s. at-Taubah:18].
Pengertian Masjid sebagi tempat ibadah dan pusat kebudayaan Islam telah memberi warna tersendiri bagi umat Islam modern. Tidaklah mengherankan bila suatu saat, insya Allah, kita jumpai Masjid yang telah dikelola dengan baik, terawat kebersihan, kesehatan dan keindahannya. Terorganisir dengan management yang baik serta memiliki tempat-tempat pelayanan sosial seperti, poliklinik, Taman Pendidikan Al Quraan, sekolah, madrasah diniyah, majelis ta'lim dan lain sebagainya.
Kita perlu melakukan pemberdayaan Masjid dahulu sebelum mengoptimalkan fungsi dan perannya. Dalam pemberdayaan ini kita bisa menggunakan metode Continuous Consolidation and Improvement for Mosque (CCIM) atau Penguatan dan Perbaikan Berkelanjutan untuk Masjid .
CCIM adalah metode pemberdayaan Masjid dengan menata kembali organisasi Ta’mir Masjid melalui pemanfaatan segenap potensi yang dimiliki diikuti dengan perbaikan yang dilakukan secara terus menerus. Dalam metode ini kita dapat memanfaatkan metode-metode yang sudah dikenal dalam dunia management maupun mutu, seperti misalnya: Siklus PDCA, QC Tools, SAMIE, MMT, ISO 9000, Lima-R dan lain sebagainya.
Penguatan atau dalam istilah umum organisasi disebut konsolidasi (concolidation), adalah merupakan upaya menata sumber daya yang ada secara sistimatis dan terarah. Yang perlu dilakukan adalah meliputi:
a. Konsolidasi pemahaman Islam.
b. Konsolidasi lembaga organisasi.
c. Konsolidasi program.
d. Konsolidasi jama’ah.
Perbaikan (improvement) diperlukan untuk meningkatkan kinerja dalam memberikan pelayanan kepada jama’ah. Beberapa cara yang cukup efektif dalam upaya perbaikan dapat diseleksi dan disesuaikan dengan kebutuhan, agar upaya perbaikan dapat dilaksanakan secara berkelanjutan (continuous improvement).
Sambil melakukan konsolidasi dan perbaikan, aktivitas memakmurkan Masjid dan jama’ahnya dilaksanakan sesuai dengan fungsi dan peran yang telah disebutkan di depan. Aktivitas disusun dengan melakukan perencanaan Program Kerja secara periodik dan diterjemahkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Pengelolaan (RKAP) setiap tahunnya.
Rencana yang telah ditetapkan selanjutnya ditindak lanjuti dengan melakukan koordinasi segenap sumber daya yang dimiliki dan dilaksanakan secara profesional. Aktivitas yang diselenggarakan dilaporkan, dievaluasi, distandardisasi dan dikaji untuk ditingkatkan kualitas maupun kuantitasnya.
Pada masa sekarang Masjid semakin perlu untuk difungsikan, diperluas jangkauan aktivitas dan pelayanannya serta ditangani dengan organisasi dan management yang baik. Tegasnya, perlu tindakan meng-aktualkan fungsi dan peran Masjid dengan memberi warna dan nafas modern. Lokakarya idarah Masjid yang diselenggarakan di Jakarta oleh KODI DKI pada tanggal 9-10 November 1974 telah merumuskan pengertian istilah Masjid sebagai berikut: "Masjid ialah tempat untuk beribadah kepada Allah semata dan sebagai pusat kebudayaan Islam".
Pemahaman tersebut menunjukkan bahwa Masjid harus bebas dari aktivitas syirik dan harus dibersihkan dari semua kegiatan-kegiatan yang cenderung kepada kemusyrikan. Disamping itu kegiatan-kegiatan sosial yang dijiwai dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam dapat diselenggarakan di dalamnya.
Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah. [Q.s. al-Jin:18].
Hanyalah yang memakmurkan mesjid-mesjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. [Q.s. at-Taubah:18].
Pengertian Masjid sebagi tempat ibadah dan pusat kebudayaan Islam telah memberi warna tersendiri bagi umat Islam modern. Tidaklah mengherankan bila suatu saat, insya Allah, kita jumpai Masjid yang telah dikelola dengan baik, terawat kebersihan, kesehatan dan keindahannya. Terorganisir dengan management yang baik serta memiliki tempat-tempat pelayanan sosial seperti, poliklinik, Taman Pendidikan Al Quraan, sekolah, madrasah diniyah, majelis ta'lim dan lain sebagainya.
Fungsi dan Peran Masjid
Ditampilkan oleh Admin pada pukul 17.36 WIB
"Hanyalah yang memakmurkan Masjid-Masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk." [Q.s. at-Taubah:18]
PENGERTIAN MASJID
Masjid berarti tempat untuk bersujud. Secara terminologis diartikan sebagai tempat beribadah umat Islam, khususnya dalam menegakkan shalat. Masjid sering disebut Baitullah (rumah Allah), yaitu bangunan yang didirikan sebagai sarana mengabdi kepada Allah. Pada waktu hijrah dari Mekah ke Madinah ditemani shahabat beliau, Abu Bakar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati daerah Quba di sana beliau mendirikan Masjid pertama sejak masa kenabiannya, yaitu Masjid Quba [Q.s. at-Taubah:108]. Setelah di Madinah Rasulullah juga mendirikan Masjid, tempat umat Islam melaksanakan shalat berjama’ah dan melaksanakan aktivitas sosial lainnya. Pada perkembangannya disebut dengan Masjid Nabawi.
Fungsi Masjid paling utama adalah sebagai tempat melaksanakan ibadah shalat berjama’ah. Kalau kita perhatikan, shalat berjama’ah adalah merupakan salah satu ajaran Islam yang pokok, sunnah Nabi dalam pengertian muhaditsin, bukan fuqaha, yang bermakna perbuatan yang selalu dikerjakan beliau. Ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang shalat berjama’ah merupakan perintah yang benar-benar ditekankan kepada kaum muslimin.
Abdullah Ibn Mas’ud r.a. berkata: “Saya melihat semua kami (para shahabat) menghadiri jama’ah. Tiada yang ketinggalan menghadiri jama’ah, selain dari orang-orang munafiq yang telah nyata kemunafiqannya, dan sungguhlah sekarang di bawa ke Masjid dipegang lengannya oleh dua orang, seorang sebelah kanan, seorang sebelah kiri, sehingga didirikannya ke dalam shaff.” (H.r. Al Jamaah selain Bukhory dan Turmudzy).
Ibnu Umar r.a. berkata: “Bersabdalah Rasulullah s.a.w.: “Shalat berjama’ah melebihi shalat sendiri dengan dua puluh tujuh derajad.” (H.r. Bukhory dan Muslim).
Sebenarnya, inti dari memakmurkan Masjid adalah menegakkan shalat berjama’ah, yang merupakan salah satu syi’ar Islam terbesar. Sementara yang lain adalah pengembangannya. Shalat berjama’ah merupakan indikator utama keberhasilan kita dalam memakmurkan Masjid. Jadi keberhasilan dan kekurang-berhasilan kita dalam memakmurkan Masjid dapat diukur dengan seberapa jauh antusias umat dalam menegakkan shalat berjama’ah.
Meskipun fungsi utamanya sebagai tempat menegakkan shalat, namun Masjid bukanlah hanya tempat untuk melaksanakan shalat saja. Di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, selain dipergunakan untuk shalat, berdzikir dan beri'tikaf, Masjid bisa dipergunakan untuk kepentingan sosial. Misalnya, sebagai tempat belajar dan mengajarkan kebajikan (menuntut ilmu), merawat orang sakit, menyelesaikan hukum li'an dan lain sebagainya.
Dalam perjalanan sejarahnya, Masjid telah mengalami perkembangan yang pesat, baik dalam bentuk bangunan maupun fungsi dan perannya. Hampir dapat dikatakan, dimana ada komunitas muslim di situ ada Masjid. Memang umat Islam tidak bisa terlepas dari Masjid. Disamping menjadi tempat beribadah, Masjid telah menjadi sarana berkumpul, menuntut ilmu, bertukar pengalaman, pusat da’wah dan lain sebagainya.
Banyak Masjid didirikan umat Islam, baik Masjid umum, Masjid Sekolah, Masjid Kantor, Masjid Kampus maupun yang lainnya. Masjid didirikan untuk memenuhi hajat umat, khususnya kebutuhan spiritual, guna mendekatkan diri kepada Pencipta-nya. Tunduk dan patuh mengabdi kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Masjid menjadi tambatan hati, pelabuhan pengembaraan hidup dan energi kehidupan umat.
Utsman Ibn ‘Affan r.a. berkata: “Rasul s.a.w. bersabda: Barangsiapa mendirikan karena Allah suatu Masjid, niscaya Allah mendirikan untuknya seperti yang ia telah dirikan itu di Syurga.” (H.r. Bukhori & Muslim).
BEBERAPA FUNGSI DAN PERAN MASJID
Masjid memiliki fungsi dan peran yang dominan dalam kehidupan umat Islam, beberapa di antaranya adalah:
1. Sebagai tempat beribadah.
Sesuai dengan namanya Masjid adalah tempat sujud, maka fungsi utamanya adalah sebagai tempat ibadah shalat. Sebagaimana diketahui bahwa makna ibadah di dalam Islam adalah luas menyangkut segala aktivitas kehidupan yang ditujukan untuk memperoleh ridla Allah, maka fungsi Masjid disamping sebagai tempat shalat juga sebagai tempat beribadah secara luas sesuai dengan ajaran Islam.
2. Sebagai tempat menuntut ilmu.
Masjid berfungsi sebagai tempat untuk belajar mengajar, khususnya ilmu agama yang merupakan fardlu ‘ain bagi umat Islam. Disamping itu juga ilmu-ilmu lain, baik ilmu alam, sosial, humaniora, keterampilan dan lain sebagainya dapat diajarkan di Masjid.
3. Sebagai tempat pembinaan jama’ah.
Dengan adanya umat Islam di sekitarnya, Masjid berperan dalam mengkoordinir mereka guna menyatukan potensi dan kepemimpinan umat. Selanjutnya umat yang terkoordinir secara rapi dalam organisasi Ta’mir Masjid dibina keimanan, ketaqwaan, ukhuwah imaniyah dan da’wah islamiyahnya. Sehingga Masjid menjadi basis umat Islam yang kokoh.
4. Sebagai pusat da’wah dan kebudayaan Islam.
Masjid merupakan jantung kehidupan umat Islam yang selalu berdenyut untuk menyebarluaskan da’wah islamiyah dan budaya islami. Di Masjid pula direncanakan, diorganisasi, dikaji, dilaksanakan dan dikembangkan da’wah dan kebudayaan Islam yang menyahuti kebutuhan masyarakat. Karena itu Masjid, berperan sebagai sentra aktivitas da’wah dan kebudayaan.
5. Sebagai pusat kaderisasi umat.
Sebagai tempat pembinaan jama’ah dan kepemimpinan umat, Masjid memerlukan aktivis yang berjuang menegakkan Islam secara istiqamah dan berkesinambungan. Patah tumbuh hilang berganti. Karena itu pembinaan kader perlu dipersiapkan dan dipusatkan di Masjid sejak mereka masih kecil sampai dewasa. Di antaranya dengan Taman Pendidikan Al Quraan (TPA), Remaja Masjid maupun Ta’mir Masjid beserta kegiatannya.
6. Sebagai basis Kebangkitan Umat Islam.
Abad ke-lima belas Hijriyah ini telah dicanangkan umat Islam sebagai abad kebangkitan Islam. Umat Islam yang sekian lama tertidur dan tertinggal dalam percaturan peradaban dunia berusaha untuk bangkit dengan berlandaskan nilai-nilai agamanya. Islam dikaji dan ditelaah dari berbagai aspek, baik ideologi, hukum, ekonomi, politik, budaya, sosial dan lain sebagainya. Setelah itu dicoba untuk diaplikasikan dan dikembangkan dalam kehidupan riil umat. Menafasi kehidupan dunia ini dengan nilai-nilai Islam. Proses islamisasi dalam segala aspek kehidupan secara arif bijaksana digulirkan.
Umat Islam berusaha untuk bangkit. Kebangkitan ini memerlukan peran Masjid sebagai basis perjuangan. Kebangkitan berawal dari Masjid menuju masyarakat secara luas. Karena itu upaya aktualisasi fungsi dan peran Masjid pada abad lima belas Hijriyah adalah sangat mendesak (urgent) dilakukan umat Islam. Back to basic, Back to Masjid.
PENGERTIAN MASJID
Masjid berarti tempat untuk bersujud. Secara terminologis diartikan sebagai tempat beribadah umat Islam, khususnya dalam menegakkan shalat. Masjid sering disebut Baitullah (rumah Allah), yaitu bangunan yang didirikan sebagai sarana mengabdi kepada Allah. Pada waktu hijrah dari Mekah ke Madinah ditemani shahabat beliau, Abu Bakar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati daerah Quba di sana beliau mendirikan Masjid pertama sejak masa kenabiannya, yaitu Masjid Quba [Q.s. at-Taubah:108]. Setelah di Madinah Rasulullah juga mendirikan Masjid, tempat umat Islam melaksanakan shalat berjama’ah dan melaksanakan aktivitas sosial lainnya. Pada perkembangannya disebut dengan Masjid Nabawi.
Fungsi Masjid paling utama adalah sebagai tempat melaksanakan ibadah shalat berjama’ah. Kalau kita perhatikan, shalat berjama’ah adalah merupakan salah satu ajaran Islam yang pokok, sunnah Nabi dalam pengertian muhaditsin, bukan fuqaha, yang bermakna perbuatan yang selalu dikerjakan beliau. Ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang shalat berjama’ah merupakan perintah yang benar-benar ditekankan kepada kaum muslimin.
Abdullah Ibn Mas’ud r.a. berkata: “Saya melihat semua kami (para shahabat) menghadiri jama’ah. Tiada yang ketinggalan menghadiri jama’ah, selain dari orang-orang munafiq yang telah nyata kemunafiqannya, dan sungguhlah sekarang di bawa ke Masjid dipegang lengannya oleh dua orang, seorang sebelah kanan, seorang sebelah kiri, sehingga didirikannya ke dalam shaff.” (H.r. Al Jamaah selain Bukhory dan Turmudzy).
Ibnu Umar r.a. berkata: “Bersabdalah Rasulullah s.a.w.: “Shalat berjama’ah melebihi shalat sendiri dengan dua puluh tujuh derajad.” (H.r. Bukhory dan Muslim).
Sebenarnya, inti dari memakmurkan Masjid adalah menegakkan shalat berjama’ah, yang merupakan salah satu syi’ar Islam terbesar. Sementara yang lain adalah pengembangannya. Shalat berjama’ah merupakan indikator utama keberhasilan kita dalam memakmurkan Masjid. Jadi keberhasilan dan kekurang-berhasilan kita dalam memakmurkan Masjid dapat diukur dengan seberapa jauh antusias umat dalam menegakkan shalat berjama’ah.
Meskipun fungsi utamanya sebagai tempat menegakkan shalat, namun Masjid bukanlah hanya tempat untuk melaksanakan shalat saja. Di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, selain dipergunakan untuk shalat, berdzikir dan beri'tikaf, Masjid bisa dipergunakan untuk kepentingan sosial. Misalnya, sebagai tempat belajar dan mengajarkan kebajikan (menuntut ilmu), merawat orang sakit, menyelesaikan hukum li'an dan lain sebagainya.
Dalam perjalanan sejarahnya, Masjid telah mengalami perkembangan yang pesat, baik dalam bentuk bangunan maupun fungsi dan perannya. Hampir dapat dikatakan, dimana ada komunitas muslim di situ ada Masjid. Memang umat Islam tidak bisa terlepas dari Masjid. Disamping menjadi tempat beribadah, Masjid telah menjadi sarana berkumpul, menuntut ilmu, bertukar pengalaman, pusat da’wah dan lain sebagainya.
Banyak Masjid didirikan umat Islam, baik Masjid umum, Masjid Sekolah, Masjid Kantor, Masjid Kampus maupun yang lainnya. Masjid didirikan untuk memenuhi hajat umat, khususnya kebutuhan spiritual, guna mendekatkan diri kepada Pencipta-nya. Tunduk dan patuh mengabdi kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Masjid menjadi tambatan hati, pelabuhan pengembaraan hidup dan energi kehidupan umat.
Utsman Ibn ‘Affan r.a. berkata: “Rasul s.a.w. bersabda: Barangsiapa mendirikan karena Allah suatu Masjid, niscaya Allah mendirikan untuknya seperti yang ia telah dirikan itu di Syurga.” (H.r. Bukhori & Muslim).
BEBERAPA FUNGSI DAN PERAN MASJID
Masjid memiliki fungsi dan peran yang dominan dalam kehidupan umat Islam, beberapa di antaranya adalah:
1. Sebagai tempat beribadah.
Sesuai dengan namanya Masjid adalah tempat sujud, maka fungsi utamanya adalah sebagai tempat ibadah shalat. Sebagaimana diketahui bahwa makna ibadah di dalam Islam adalah luas menyangkut segala aktivitas kehidupan yang ditujukan untuk memperoleh ridla Allah, maka fungsi Masjid disamping sebagai tempat shalat juga sebagai tempat beribadah secara luas sesuai dengan ajaran Islam.
2. Sebagai tempat menuntut ilmu.
Masjid berfungsi sebagai tempat untuk belajar mengajar, khususnya ilmu agama yang merupakan fardlu ‘ain bagi umat Islam. Disamping itu juga ilmu-ilmu lain, baik ilmu alam, sosial, humaniora, keterampilan dan lain sebagainya dapat diajarkan di Masjid.
3. Sebagai tempat pembinaan jama’ah.
Dengan adanya umat Islam di sekitarnya, Masjid berperan dalam mengkoordinir mereka guna menyatukan potensi dan kepemimpinan umat. Selanjutnya umat yang terkoordinir secara rapi dalam organisasi Ta’mir Masjid dibina keimanan, ketaqwaan, ukhuwah imaniyah dan da’wah islamiyahnya. Sehingga Masjid menjadi basis umat Islam yang kokoh.
4. Sebagai pusat da’wah dan kebudayaan Islam.
Masjid merupakan jantung kehidupan umat Islam yang selalu berdenyut untuk menyebarluaskan da’wah islamiyah dan budaya islami. Di Masjid pula direncanakan, diorganisasi, dikaji, dilaksanakan dan dikembangkan da’wah dan kebudayaan Islam yang menyahuti kebutuhan masyarakat. Karena itu Masjid, berperan sebagai sentra aktivitas da’wah dan kebudayaan.
5. Sebagai pusat kaderisasi umat.
Sebagai tempat pembinaan jama’ah dan kepemimpinan umat, Masjid memerlukan aktivis yang berjuang menegakkan Islam secara istiqamah dan berkesinambungan. Patah tumbuh hilang berganti. Karena itu pembinaan kader perlu dipersiapkan dan dipusatkan di Masjid sejak mereka masih kecil sampai dewasa. Di antaranya dengan Taman Pendidikan Al Quraan (TPA), Remaja Masjid maupun Ta’mir Masjid beserta kegiatannya.
6. Sebagai basis Kebangkitan Umat Islam.
Abad ke-lima belas Hijriyah ini telah dicanangkan umat Islam sebagai abad kebangkitan Islam. Umat Islam yang sekian lama tertidur dan tertinggal dalam percaturan peradaban dunia berusaha untuk bangkit dengan berlandaskan nilai-nilai agamanya. Islam dikaji dan ditelaah dari berbagai aspek, baik ideologi, hukum, ekonomi, politik, budaya, sosial dan lain sebagainya. Setelah itu dicoba untuk diaplikasikan dan dikembangkan dalam kehidupan riil umat. Menafasi kehidupan dunia ini dengan nilai-nilai Islam. Proses islamisasi dalam segala aspek kehidupan secara arif bijaksana digulirkan.
Umat Islam berusaha untuk bangkit. Kebangkitan ini memerlukan peran Masjid sebagai basis perjuangan. Kebangkitan berawal dari Masjid menuju masyarakat secara luas. Karena itu upaya aktualisasi fungsi dan peran Masjid pada abad lima belas Hijriyah adalah sangat mendesak (urgent) dilakukan umat Islam. Back to basic, Back to Masjid.